makalah Penyakit Menular Seksual (PMS)
PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL (PMS)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Penjasorkes
Disusun Oleh :
NAMA : Hani Risdiany
KELAS : XII MIPA 5
NIS : 171810152
PEMERINTAH
DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI 1 CIHAURBEUTI
Jalan Kartawijaya No.600 Telp. (0265) 420316
Desa Pamokolan, Kecamatan
Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis 46262
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA
PENGANTAR
Puji dan
Syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Penyakit Menular Seksual”, shalawat serta salam senantiasa kita
limpah curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan. Dalam menyusun makalah ini, saya sebagai penyusun
banyak sekali menghadapi berbagai kendala dan hambatan. Namun berkat bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak juga dengan usaha dan do’a, akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan. Maka dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan
terimakasih.
Penyusun
menyadari masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu, penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dan tidak lupa
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak.
Cihaurbeuti, Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.............................................................................................. i
Daftar
Isi.......................................................................................................... ii
BAB I .. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4
2.1 Pengertian
PMS.............................................................................. 4
2.2 Macam-Macam
PMS....................................................................... 5
2.4 Metode
Penularan PMS................................................................ 16
2.5 Cara
Penanggulangan PMS........................................................ 19
BAB III PENUTUP........................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 21
3.2 Saran................................................................................................. 21
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit
Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI
(Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita asimtomatik.
Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan
parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling
sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis,
trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua masyarakat,
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang paling sering dari semua
infeksi.
Infeksi
Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama
penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua
terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja
(15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual,
tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat.
Diperkirakan
lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan (sifilis,
gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada
laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini
tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia
Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan
Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya, diantaranya ialah
HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B. Di
Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular
seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999
sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara
20%-35%. Selain klamidia, sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini
juga menjadi perhatian karena peningkatan angka kejadiannya yang terus
bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan
sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih
kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003
mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV
positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus
AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun
2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian. Di
Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah penduduk yang tercatat,
ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular seksual.
1.2
Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa
itu PMS ?
2. Apa
saja macam-macam PMS ?
3. Bagaimana
metode penularannya ?
4. Apa saja akibat/dampak dari PMS ?
5. Bagaimana penanggulangannya ?
1.3
Tujuan
1. Menambah
pengetahuan
2. Memberi
inforamasi agar perluasan PMS dapat di cegah dengan tambahan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian PMS
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui alat
kelamin, oral maupun anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat
reproduksi ini dapat menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan,
bahkan kematian.
Penyakit
menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan pertahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)
adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3
juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti
gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil
kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, belum dapat
disembuhkan. Beberapa dari infeksi
tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis,
AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah
pernah dikenal sebagai penyebab kematian.
Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit
Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan
mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting
untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui
alat kelamin. Kontak seksual juga
meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti
vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak
seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman”. Satu-satunya yang betul-betul “seks aman”
adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy
di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai
aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis,
herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya
tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain
kontak seksual juga berisiko.
2.2.
Macam-Macam
Penyakit Menular Seksual
Beberapa penyakit menular seksual:
1.
Gonorea/kencing nanah
2.
Sifilis/raja singa
3.
Trikonomiasis
4.
Ulkus Mole (Chancroid)
5.
Klamidia
6.
HIV-AIDS
7.
Herpes
8.
Kutil Genitalis (Kondiloma
Akuminata)
9.
Hepatitis B (HBV)
1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae).
Cara
penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala-gejala : Walaupun
beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya
ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala
meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal
saat buang air kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan
antibiotik. Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Penanganan :
- Pada
masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV
dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b)
Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2
gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
- Masa
nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram
dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5
kaplet dosis tunggal.
- Oftalmia
neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
- Lakukan
konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual .
- Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
- Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan
& pasien akan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
Konsekuensi terhadap orang
yang terinfeksi:
- Lelaki
– prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada
saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis.
- Perempuan
– PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir
rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis ), abortus , cistitis
(peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID (
Pelvic Inflamatory Disease ) maka sering timbul :
-
Nyeri perut bagian bawah.
-
Nyeri pinggang bagian bawah.
-
Nyeri sewaktu hubungan
seksual.
-
Perdarahan
melalui vagina diantara waktu siklus haid.
-
Mual – mual.
-
Terdapat infeksi rektum atau
anus.
Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit
ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi
sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada
janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit
sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada
prosespersalinan. Untuk mencegah
kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata
untuk pengobatan gonore.
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial
(Treponema pallidum)
Cara Penularan : Cara
penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan
oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang
tidak terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai
13 minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang disertai pusing dan nyeri
tulang seperti flu serta hilang sendiri tanpa diobati. Bercak kemerahan pada
tubuh juga akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seks. Seringkali
penderita tidak memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan
sendirinya. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa
sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang
ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka
pada tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan : Penyakit
ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang
telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang
Terinfeksi:
Jika tidak diobati,
sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf,
tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif
risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat
karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang
Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang
terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang
dikandungnya. Janin meninggal di dalam
dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus
ini. 40-70% melahirkan bayi dengan
sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi,
kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas
vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati
yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada
perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis
menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada
benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam
meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada
perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna
kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat
berhubungan seksual juga sering terjadi.
Mungkin terdapat juga
nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang
pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada penis, namun pada
laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang
terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi
HIV jika terpapar dengan virus tersebut.
Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan
meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil
dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
4. Ulkus Mole (Chancroid)
Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi).
Gejala-gejala : Luka
lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan
rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satusisi alat kelamin. Sering (50%)
disertai pembengkakan kelenjar getah beningdi lipat paha berwarna kemerahan
(bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Kematian janin pada
ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.
5. Klamidia
Tipe :
Bakterial (Chlamydia trachomatis).
Cara
Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala-gejala : Sampai
75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang ada meliputi
keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun
perempuan. Perempuan juga dapat
mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual,
pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis. Nyeri
di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi
dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang
terinfeksi:
Pada perempuan, jika
tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri
panggul kronis. Pada laki-laki, jika
tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah
peradanganpada testis (tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat
menyebabkan kemandulan. Individu yang
terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus
tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir:
lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi matapada bayi baru lahir yang
dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
6. HIV-AIDS
Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus).
Cara Penularan :
Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang
terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu
yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat
menyusui.
Gejala-gejala : Beberapa
orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami
gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan
turun, lemah danpembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut
biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam
kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus
melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat
bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti
retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan
untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi:
Hampir semua orang
yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS. Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul
dalam satu tahun pertama kelahiran. 20%
dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18
bulan. Obat antiretroviral yang
diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV
dalam proporsi yang cukup besar.
7. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus ).
Cara Penularan : Herpes
menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang
terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui
seperti : alat-alat tidur , pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus
sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat
hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal
dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini
berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella
zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh kananatau
kiri saja. Jenis yang kedua adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes
simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang
umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut
(herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah.
Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang
disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara
orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta
penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala
biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa
nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang
terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan
paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa
minggu tetapi dapat munculkembali.
Pengobatan : Belum
ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti
virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul
gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi:
Orang yang terinfeksi
dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar
sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV. Konsekuensi yang Mungkin
Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode pertama dari
herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya kelahiran prematur. Kejadian
akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan
dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan
dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
Tipe : Viral (Human Papiloma Virus)
Cara
Penularan : Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala : Tonjolan
yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada
kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan : Tidak
ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil
dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi:
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil
kelamin. Beberapa strains dari virus ini
berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker
vulva, vagina, penis dan anus. Pada
kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000
perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Pada bayi-bayi yang
terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada
tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
9. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan
seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian;
perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi
darah.
Gejala-gejala : Sekitar
sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit
kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena
gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit
menguning dan mata pucat.
Pengobatan :
Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan sendirinya
dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Untuk orang-orang
yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis,
kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi yang mungkin timbul
pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini
pada janin yang dikandungnya. 90% bayi
yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk
tejadinya penyakit hati dan kanker hati.
Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat
diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk
menghilangkan risiko infeksi kronis.
2.3.
Akibat / Dampak PMS
1. Kemandulan
pada pria maupun wanita yang disebabkan oleh penyebaran infeksi pada alat
kelamin bagian dalam seperti gonore, klamidia.
2. Menyebabkan
kematian, seperti: sifilis, hepatitis B/C, dan AIDS
3. Menyebabkan
penyakit kanker (kanker leher rahim) dan penyakit yang selalu kambuh, seperrti:
herpes genitalis, kondiloma akuminata (jengger ayam)
4. Khusus
pada wanita hamil yang mengidap IMS tertentu bisa menularkan pada bayi yang
lahir cacat, lahir muda, dan lahir mati.
2.4.
Metode
Penularan PMS
1. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen
melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari
infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat,
penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap
PMS.Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika
untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar
kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilihpasangan yang
suka berganti pasangan pula. Jadi, anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya
pasangan Anda.
3.
Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih
besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada
beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS
karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih
mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat
perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4.
Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol
dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol
bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan.
Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit
meminta pasangannya menggunakan kondom.
5.
Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip
dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih
besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung.
Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan
perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat
dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit
lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat
seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual
seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya
untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli
jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli
maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang
tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika
berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi
PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial
adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau
diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya
(yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan
kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang mempraktekkan
monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif
sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan
seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada
monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudahdites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah
pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan
terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi
dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah
pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda
yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih
menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat
kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan
memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya
berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai
kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda
(pil KB dan kondom) adalah pilihan terbaik meski tidak semua orang
melakukannya.
Bentuk-bentuk
gejala awal yang umum menjadi pertanda PMS, diantaranya :
a. Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
b. Gatal
atau sakit di sekitar alat kelamin.
c. Bengkak
atau merah di sekitar lat kelamin.
d. Rasa
sakit atau terbakar saat buang air kecil.
e. Buang
air kecil lebih sering dari biasanya.
f. Demam,
lemah, kulit menguning danrasa nyeri sekujur tubuh.
g. Kehilangan
berat badan, diare dan keringat malam hari.
h. Keluar
cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal.
i. Pada
wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll.
2.5.
Cara
Penanggulangan PMS
1.
Penanggulangan PMS terhadap Diri Sendiri
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam
rangka pencegahan penyakit menular seksual adalah:
a. Bersikap setia dengan pasangan
b. Memastikan jarum
suntik yang kita pakai steril (ketika kita butuh untuk disuntik: menerima donor
darah)
c. Menjaga kesehatan organ intim
d. Perkuat sistem
kekebalan tubuh dengan gaya hidup sehat: konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
tinggi Vitamin C/D/E, rutin berolahraga, dan pola hidup yang teratur.
e. Lakukan pemeriksaan
kesehatan rutin bila termasuk aktif secara seksual dan terindikasi melakukan
hubungan seks tidak aman.
2. Pencegahan PMS terhadap Keluarga
a. Pencegahan non seksual dapat dilakukan dengan
mengadakan pemeriksaan donor darah sehingga darah akan terbebas dari HIV AIDS.
b. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit HIV
AIDS, PMS sangat penting. Hindari seks bebas dan narkoba yang akan merusak
generasi muda bangsa.
3. Penanggulangan PMS terhadap Masyarakat
a. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit PMS
sangat penting. Hindari seks bebas dan narkoba yang akan merusak generasi muda
bangsa.
b. Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit menular
seksual untuk itu mereka harus mengerti akan arti pentingnya pencegahan
penyakit menular seksual.
c. Memberitahu bagaimana cara-cara dalam pencegahan
penyakit menular seksual.
d. Memberitahukan akan arti pentingnya pencegahan
penyakit menular seksual.
e. Memberikan kesadaran akan arti pentingnya sikap setia.
f. Memberikan kesadaran apa akibat bila
berganti-ganti pasangan.
g. Memberikan kesadaran apa akibat bila tidak bisa
menjaga kebersihan organ intim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah
berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui
kontak seksual. Beberapa penyakit menular seksual: Sifilis/raja
singa,Trikonomiasis,Ulkus Mole (Chancroid),Klamidia,HIV-AIDS,Herpes,Kutil
Genitalis (Kondiloma Akuminata),Hepatitis B (HBV). Tindakan penanggulangan yang
harus dilakukan terhadap penyakit menular seksual dapat dilaksanakan oleh diri
sendiri, keluarga dan masyarakat. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
menjadikan landasan terpenting dalam penanggulangan penyakit menular seksual.
.3.2 Saran
Dalam
rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka perlu meningkatkan
upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang penyakit menular seksual
sehingga masyarakat lebih waspada.
DAFTAR
PUSTAKA
https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_12sma/siswa/Kelas_12_SMA_Pendidikan_Jasmani_Olahraga_dan_Kesehatan_Siswa.pdf
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-penyakit-menular-seksual.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2022058-jenis-penyakit-menular-seksual-dan/#ixzz1r41TRnwR
http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
http://marhamah123.wordpress.com/2011/03/27/macam-macam-penyakit-menular-seksual-dan-cara-menanggulanginya/
sumber:http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tips-mendeteksi-penyakit-seksual.html
Diposkan oleh Bebe Beby
Baba
Komentar
Posting Komentar